Kalau orang tua yang satu bangsa aja masih bisa berbeda dalam mendidik anak dikarenakan mereka berasal dari latar belakang pendidikan dan keluarga yang berbeda, apalagi berbeda bangsa dan negara, perbedaannya lebih lagi mencolok hati :)
Untuk para pembaca yang sudah stay tune selama ini, tau dong kalau suami dan aku berbeda negara dan berbeda kebudayaan dan menjadikan kita orang tua yang berbeda dalam mendidik anak.
Kalau orang tua yang satu bangsa aja masih bisa berbeda dalam mendidik anak dikarenakan mereka berasal dari latar belakang pendidikan dan keluarga yang berbeda, apalagi berbeda bangsa dan negara, perbedaannya lebih lagi mencolok hati :)
2 Comments
To put the topping for closing the year of 2016, i wanna share 16 facts about me that might be you never know.
Hari ini aku ingin membagi pengalamanku soal ASI. Kayaknya aku ga perlu ceritain lagi soal benefit yang diberikan oleh ASI karena semua informasi pasti mudah didapat dari buku, dokter, maupun internet, jadi disini aku hanya mau membagi pengalamanku yang terjadi sudah lama yaitu 5 tahun lalu dan 10 tahun lalu.
4 November 2016, aku bertanya kepada grup teman2 SMP di WhatsApp, ada apa sih heboh2 4 November, baru tau ternyata mau ada demo di kota tercinta, Jakarta.
Terdengar, katanya Pak Ahok menghina agama Islam, menghina AlQuran, disini aku ingin membagi sedikit opiniku tentangnya. Sebelumnya aku meminta maaf kalau ada salah-salah kata, dan aku tidak bermaksud berpihak kepada siapapun, dan ini hanya murni pendapat pribadi. Untuk orang Indonesia, memiliki anak lebih dari dua terkadang seperti sebuah "keharusan", Kenapa? karena social culture di Indonesia yah seperti itu kalau masih satu anak, pasti akan ditanya "kapan nih adiknya nyusul?" sedangkan di China setiap pasangan yang sudah menikah hanya diijinkan untuk memiliki satu anak saja karena populasi yang sudah terlalu tinggi, hanya pada tahun 2015 (kalau tidak salah), mulai diperbolehkan memiliki lebih dari satu anak (itupun syarat dan ketentuan berlaku).
Sebagai orang Indonesia begitu juga dengan diriku, keinginan hati adalah memiliki tiga anak, tapi suami hanya ingin memiliki dua anak? terus? gimana dong... Apakah kamu pernah membully orang? gimana rasanya? Funkah atau perasaan yang biasa-biasa aja karena kamu juga sudah terbiasa dibully keluarga dan teman sejak kecil jadi menurut kamu itu biasa.
Bully seringkali terjadi di sekolah, di kantor, atau bahkan terkadang terjadi di dalam keluarga, apalagi bully online, banyak sekali terjadi di jaman ini, media sosial, internet yang begitu berkembang membuat manusia-manusia tidak bertanggung jawab "menjadi berani" padahal "pengecut" untuk berkomentar seenak udel. Jadi cewek itu tidak harus selalu dibawah laki-laki, cewe jaman sekarang harus punya pendidikan dan uang sendiri. Kenapa begitu?
Hari minggu kemaren, seperti biasa kita jalan-jalan dengan naik Subway, dan pulang memang sudah agak cape banget, dan seperti biasanya Subway di Beijing memang selalu penuh, tapi aku paling kesel sama orang yang ga mau berdiri untuk kasih duduk untuk anak kecil yang ada di depan mereka, dan kebetulan yang ada di depan salah satu pasangan muda adalah anakku yang kecil, dan mereka pura-pura tidur sambil setiap 60 detik pura-pura buka mata dan pura-pura ketiduran dengan kepala menyamping. Rasanya....Dongkol bangettttt....
Setiap orang memiliki standard kebahagiaan yang berbeda-beda. Ada orang bahagia, kalau hidupnya kaya, bahagia ketika menggapai cita-citanya, merasa bahagia kalau bisa terkenal di sosmed haha, atau di televisi, ada yg bahagia ketika memiliki pacar ganteng/cantik, memiliki anak banyak, atau pernah aku jumpai beberapa orang malah ketika tidak memiliki anak, malahan "happy", katanya hidupnya akan selalu bebas, bebas dari tanggung jawab.
Kata "hujan" bagi setiap orang memiliki makna yang berbeda, bagi yang sedang di jalanan naik motor, khususnya hidup di Jakarta, adalah malapetaka, karna macet berjam-jam pastinya, banjir dimana-mana, tapi bagi orang yang sedang di rumah, dan berleha-leha, hujan menjadi sesuatu yang menyenangkan (enak banget kalo kita tidur pas hujan turun, rasanya nyaman), bagi para petani hujan membantu mereka mengairi sawah mereka, yang artinya tanaman bisa bertumbuh subur. Ya, Bahagia menurut setiap orang berbeda-beda. Bahagia bagiku adalah ketika kita puas dan memiliki rasa bersyukur. Kalau kita tidak memiliki rasa bersyukur, kita tidak akan pernah menemukan kebahagiaan, as simple as that. Karena seberapa kayapun anda, seberapa pintar dan suksesnya anda, kalau rasa syukur tidak pernah ada, kita tidak pernah akan merasa bahagia, karena kita akan selalu terus mengeluh, mengeluh hidup kita tidak "sesukses orang lain", tidak "sepintar" ketua OSIS, atau sebahagia para selebritis. Tapi apakah mereka benar-benar bahagia? kita tidak tahu, we dont know what happenned behind closed door. Bahagiaku hari ini adalah..... Pernah mendengar kalimat "musuh terberat adalah dirimu sendiri". Kalimat ini mengandung arti yang bertolak belakang, mana mungkin diri kita sendiri yang kita cintai, adalah musuh terbesar kita, yet terlihat simple namun mempunyai makna yang dalam. Kubus memiliki sisi yang berbeda, aku menganggap masalah yang kita hadapi sehari-hari seperti kubus yang memiliki banyak sisi, tergantung dari persepsi mana kita mau melihat kubus tersebut, apakah dari bawah, sisi samping kanan, kiri, atas, dsbgnya. Weekend kemarin, seperti biasanya it's family time, kita pergi ke sebuah mall di Beijing, setelah spent hourss there, we got bored, lalu my hubby said, there is a small park next to the mall, let's go there, pergilah kita kesana, setelah jalan beberapa meter terlihat sungai yang besar dan di tengah-tengah sungai tersebut ada batu-batu untuk menyeberangi sungai tersebut, my hubby asked "do you dare to cross that river?", i said "are you serious, that not meant to be crossed", he said "yes, it is", what makes me worried is "how deep is that river", yah sebagai seorang yang tidak bisa berenang, ok biarlah saya membela diri, saya bisa berenang tapi hanya untuk ukuran kolam yang setinggi diri saya sendiri (itu bisa dianggap bisa berenang ga?) haha, lalu hubby answered "maybe 2 metres more", and he kept going that direction....and as a good wife (just kidding), me followed behind without further thinking.... For your information, kita disana membawa 2 anak, umur 10 dan 5 tahun, dan tentu saja hubby held my younger kid, and i crossed with my older kid, and you know what......ok for a while i think ok i made mistake to decided to followed him, yeahhh my hubby can swim, and... i cannot swim, dan sungainya itu bukan tipe sungai yang tenang, tapi sungai yang flownya agak deras. Ok jujur, aku adalah tipe yang "takuttan", yah aku takut naik roller coaster yang terlalu tinggi, aku takut ketinggian, aku takut sungai yang terlalu dalam, dsbgnya, sedangkan anakku yang besar sangat berani dan berani mencoba hal-hal baru, pernah kita pergi ke sebuah amusement park, dan anakku yang besar waktu itu sekitar 6-7 tahun, dan dia berani menaiki semua roller coaster yang aku takut dan tidak aku naiki, yah dia memang pemberani, tipenya mirip2 suamikulah. Lalu berjalanlah kita ke menyeberangi sungai tersebut, dan dari batu ke batu, aku membutuhkan waktu sekitar 3 menit hanya untuk berpindah batu, ok this might be sounds crazy for you, but not for me, aku beneran takut banget, karna terngiang-ngiang suami bilang yah 2 meter lebih lah dan arusnya itu agak deras, yah aku takut terbawa arus, dan parahnya anakku yang berumur 10 tahun menguatkan aku, she said "it's okay mom, we will be okay" mungkin lebih dari 10 kali dia ngomong itu, dan terlintas semua pikiran-pikiran gila di dalam pikiran aku, aku dan diapun berencana untuk please one step by one step, so this help makes me better and she kept calm me down...dari kejauhan suamiku dan anakku yg kecil sudah sampai in another side, and me still in the middle of the river, standing like a model (lol no, it was not look like that), yeah i was standing like a statue trying to overcome my fears. Sebenarnya it looks simple, batunya itu tidak goyang sama sekali, dan agak lebar, tapi karena my mindset takut, dan takut, jadilah memakan waktu yang tidak sebentar untuk menyeberangi sungai tsb. yah jujur at that time, my enemy is myself, my mindset, kalau saja aku berpikir if my hubby can do it, i can do it too, maybe will be easier, but that is not the fact.. dan sampailah kita di seberang sungai....and yes it wasn't easy. tapi yang menjadi my surprise adalah anakku yg besar handle it, way better than myself, i said to her "i am so proud of you", you really know how to set your mindset, and braver than me. I dont know what would happenned without her, because she kept calm me down the whole time, she kept saying everything will be okay. Bukan berarti dia tidak takut, diapun takut juga, but less worry than me actually, but she knows how to calm herself and overcome her worriness, yes after that, we discussed it, what mindset is, how our mindset can make so many difference in the life, everything will be different depending on how to we respond to the problem, and so on.... Yes mungkin my hubby decision can give us a new experience in the life, especially to my growing daughter to show her that how important our mindset is in the life. yes, for me as well. After all, mengutip kalimat yang sering kita dengar "What doesn't kill you make you stronger". Segala sesuatu yang tidak membunuh kita secara fisik, hujatan orang, makian orang, mungkin terkadang banyak orang yang tidak mengerti kita, bahkan membenci kita, masalah yang ada di dalam hidup seringkali membuat kita menjadi "down", tapi percayalah at the end of the problem actually make us stronger. Believe, that ourself is not that small. Percayalah Tuhan mendesign kita otak yang pintar, yang seharusnya kita lebih kuat dari semua masalah kita. Tuhan tidak akan memberikan kita masalah melebihi kekuatan kita, karena Tuhan tahu kita bisa overcome it. Ada beberapa tips yang aku mau share disini, ketika kita dihadapkan dengan masalah: 1. Berdamai dengan diri sendiri. Belajar mencintai diri sendiri, memaafkan diri sendiri, dan tidak menyalahkan diri sendiri. Dengan kita mencintai diri sendiri, pastinya kita tidak mau melihat diri kita yang kita cintai untuk terpuruk. 2. There is sky above the sky. Percaya bahwa Tuhan ada di setiap masalah kita, dia sejauh doa kita, belajar berserah. Berserah tidak berarti menyerah, tetapi menyerahkan segala permasalahan kita di tangan Tuhan. Sebagai orang percaya, kita harus tahu bahwa walaupun semua orang meninggalkan kita, tetapi ada Tuhan yang menciptakan kita untuk membantu kita ketika kita percaya. Berserah juga harus diikuti dengan a great deal of trust, to not give up, but to let go all the problems. Berserah bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari segalanya. 3. Believe in ourselves. Percaya we are not "that" small, believe that we have more capacity than our problems. kita diciptakan Tuhan memiliki otak yang cemerlang, kita adalah makhluk ciptaan yang paling mulia di antara semua makhluk hidup. 4. Set our mindset to be strong. Yes as Simple as that, but true. Just simply be a stronger you. You dont know how strong you are until you overcome all your problems, remember what i said above, what doesnt kill you makes you stronger. Selama kamu masih bernafas, menghirup udara segar setiap pagi, percayalah you are "that" strong. Kita akan bisa keluar dari masalah kita, tergantung dari persepsi mana kita mau melihat masalah kita, Milikah selalu harapan. Siapa yang akan menolong kita, kalau bukan diri kita sendiri. Let go of the past, being in the present, and see future as your sunshine. Matahari akan bersinar setiap hari. Jangan membiarkan masalah menutup matahari itu, biarkanlah matahari menjadi tanda nyata bahwa selalu ada pencerahan di balik setiap kegelapan. Be a greater you today. |
Archives
March 2020
|