Kalau orang tua yang satu bangsa aja masih bisa berbeda dalam mendidik anak dikarenakan mereka berasal dari latar belakang pendidikan dan keluarga yang berbeda, apalagi berbeda bangsa dan negara, perbedaannya lebih lagi mencolok hati :)
Disini aku mau jabarkan atau istilah kerennya sharing beberapa perbedaan cara mendidik anak orang Indonesia dan orang China. Oh iya mungkin ga semua orang China sama, dan juga, tidak semua orang Indonesia sama, ini hanya berdasarkan pengalaman diri sendiri, dan melihat pengalaman sekelilingku.
Begini nih perbedaan cara mendidik anak antara aku dan suami:
1. Orang China sangat keras dalam mendidik anak.
Yang dimaksud aku keras adalah mereka menganggap orang tua itu tidak bisa dibantah, semua harus dipatuhi dan dijalankan. Sedangkan orang tua Indonesia lebih banyak mengalah untuk anak.
2. Mendidik anak untuk sangat mandiri.
Perbedaan ini sangat mencolok buat aku, suamiku adalah tipe orang tua yang mengajarkan anak untuk melakukan semuanya sendirI, tanpa bantuan, istilah kerennya mandiri.
Sedangkan orang tua Indonesia kebanyakan tanpa disadari mendidik anaknya untuk selalu dibantu, atau selalu menganggap anak masih terlalu kecil. Sering dong kita dengar anak 5 tahun di Indonesia makan masih harus disuapin, ke sekolahan masih harus ditemanin babysitter, yes babysitter bukan mama. Orang tua sengaja menggaji babysitter untuk anak umur 5-6 tahun. Di China jangan harap, semua anak mulai dari 3 tahun sudah dididik harus apa-apa sendiri, makan sendiri, apalagi 4 tahun anak sudah bisa memakai kaos kaki dan sepatu sendiri dan harus melakukannya sendiri setiap saat.
Kalau aku mau melakukan semuanya untuk anakku, aku pasti malahan "diomelin" sama suami, menurut pendapatnya, anak itu harus dididik untuk mengerjakan semuanya sendiri, dengan begitu kamu mengajarkan anakmu untuk memakai otaknya untuk berpikir bagaimana melakukan ini dan itu, membuatnya menjadi pribadi yang pintar "memutar otaknya". Dengan kamu mengurusi segala keperluannya tanpa kamu sadari kamu menjadikannya manusia yang malas, manja, tidak bertanggung jawab, dan terbiasa semua harus selalu diurusin orang, itu alasan suami.
3. Mendidik anak untuk respek orang tua.
Pernah aku share di blog "Kultur berbeda yang membuat shock" yang aku tulis di June 2016. Di China bahkan di TV station mereka seringkali diputar iklan-iklan bagaimana pengorbanan orang tua, mengingatkan pemirsa untuk selalu ingat orang tua, telpon orang tua kalau memang sudah tinggal terpisah, jangan lupa menghampiri mereka disaat ada waktu luang, atau mengingatkan untuk membantu orang tua di rumah ketika masih tinggal bersama, bayangkan ini diputar di TV Nasional atau Tv swasta apalagi kalau udah mau mulai Chinese New Year sehari bisa diputar berkali-kali.
4. Mendidik anak untuk membantu orang tua.
Di sekolahpun demikian, ini pernah aku tulis ceritanya di blog "Sekolah di Beijing", setiap murid selalu diberikan tugas setiap liburan, dan harus memberikan laporannya dalam bentuk tulisan atau VIDEO, yes video, bagaimana kamu membantu orang tua di rumah seperti membantu mencuci piring, menyapu, atau membersihkan meja, pokoknya intinya membantu, dan orang tuapun diberikan lembaran kertas untuk diisi apakah anak benar-benar membantu dan bagaimana performance mereka dalam membantu apakah dengan kesadaran sendiri tanpa harus disuruh-suruh dll. Ini ditulis dengan detail seperti survey dan harus diisi oleh orang tua. Amazing bukan? haha, pertama kali aku kaget WOW this is amazing haha, ternyata yang bikin aku lebih Amazed, di TVpun selalu mengingatkan demikian.
Point keempat ini yang sering membuat aku berdebat dengan suami, karena alasan aku adalah KASIHAN, kasihan kalau melihat anakku yang saat itu baru berumur 9 tahun sudah harus membantu melap meja habis kita lunch or dinner, kasihan liat anakku yang berumur 10 tahun harus membantu mencuci piring, kasihan dengan anakku yang hampir berumur 11 tahun harus membantu aku memasak dan lain sebagainya.
Hal ini dididik oleh suamiku dengan berbagai alasan, suamiku menjelaskan kepadaku privately in room bahwa anak itu sedini mungkin harus dididik untuk punya rasa untuk menolong, punya rasa tanggung jawab untuk membantu orang tua, punya rasa bahwa ini kewajibannya untuk merawat dan mengurus orang tua, sehingga pada saat orang tuanya menjadi lansia, mereka terbiasa dan menyadari bahwa itulah yang selalu dididik oleh kedua orang tua. Tentunya suamiku menjelaskan kepada anak-anak mengapa mereka harus membantu, dan sebagainya but not in detailed like he told me privately in the room.
Suamiku bercerita semenjak dia berumur 7 tahun dia sudah dididik orang tuanya seperti membantu mencuci piring, mencuci kaos kaki dan sepatu sendiri. Membuat aku berpikir apakah dia membenci orang tuanya akan didikan mereka yang keras tapi ternyata hasilnya bukan menjadikan suamiku seseorang yang membenci orang tuanya, melainkan mertuaku yang sudah berumur 70 tahun lebih sangat dihormati oleh suami, sangat di service oleh suami ketika kita datang ke rumah mereka atau mereka ke rumah kita.
5. Anak di China dididik untuk doing THEIR BEST IN SCHOOL.
Kamu tahu ga rata-rata score raport anak sekolah di China bukan tujuh atau delapan, melainkan rata-rata raport mereka adalah 9 , crazy right? Aku juga baru menyadari ketika nonton para youtuber asian people in the world dimanapun mereka tinggal, termasuk melihat Chinese yang tinggal di America, bahwa Asian parent especially Chinese think that C is an F (Failed), eventhough C does not make you failed. Mereka harus mendapatkan A or A straight. Kamu boleh check di youtube banyak sekali yang membuat video tentang ini, kadang mereka membuat video youtube mereka dalam bentuk comedy pada saat membahas hal ini.
Dan aku benar-benar merasakan hal itu dengan aku tinggal di China, aku juga kaget melihat rata-rata sekolah anakku dengan angka setinggi itu, perasaan waktu di Indonesia angka 8 di raport sudah membuat orang tua bangga, angka 7 sudah membuat orang tua puas. Tapi di China angka 7 itu sangat memalukan, palingan hanya 1-2 anak yang mendapatkan itu diantara 38 murid. Kebanyakan di atas 9 semua untuk semua pelajaran, catat: semua pelajaran.
Suamiku berargumen bahwa populasi penduduk China yang tertinggi di dunia membuat para orang tua terbiasa mendidik anak mereka untuk berkompetisi, mendidik mereka untuk to always being in the top to survive, sehingga ga heran dalam hal sportpun, Olimpiade Dunia masih diduduki oleh China dan United States, ini baru dalam bidang olah raga, Indonesia? hmmm coba google sendiri yah peringkat keberapa.
Menurutku anak Indonesia (menurut penglihatanku yah) masih terlalu cepat puas, "tanpa terasa" terdidik terlalu santai, mencle-mencle, realized or not realized been thought to not dream big, been thought that to dream big means you are arrogant or ignorant, been thought that it almost impossible to being on the top of the world, been thought that you would not be competed with anyone from other developed country.
Sebenarnya masih ada lagi beberapa perbedaan dalam mendidik anak, cuman yang mencolok yah 5 hal diatas, yang kadang memberikan "percik-percik" di rumah tangga hanya karena soal anak.
Bagaimana caramu mendidik anak? Apakah berbeda dengan pasanganmu? Berbeda pendapat itu biasa, kalau sama itu yang aneh hehehe, so it is okay to have different opinion.