Berdebat dengan orang lain itu haruslah berdebat dengan orang yang satu sekolah tapi memiliki pemahaman yang berbeda dengan "peraturan sekolahmu" Janganlah berdebat memakai peraturan sekolahmu dengan orang yang tidak satu sekolah denganmu. Karena kita beda sekolah, KITA BEDA PERATURAN.
Lagi-lagi di tahun 2019 gini masih aja ada orang yang berdebat soal agama. Yang saya bingung sama orang-orang ini adalah ketika berani mulai berdebat dengan masih memakai kitab sucinya sendiri untuk berdebat dengan agama lain. Jawabannya adalah LUCU.
Berdebat dengan orang lain itu haruslah berdebat dengan orang yang satu sekolah tapi memiliki pemahaman yang berbeda dengan "peraturan sekolahmu" Janganlah berdebat memakai peraturan sekolahmu dengan orang yang tidak satu sekolah denganmu. Karena kita beda sekolah, KITA BEDA PERATURAN.
0 Comments
Aku adalah orang tua dari dua orang putri, dimana putri tertuaku sudah menginjak umur pre-teenager. Sedari kecil, aku selalu mengajarkan dan memotivasi dia apa artinya kepercayaan diri. Aku sendiri tidak mendapatkan motivasi itu dari ibuku, malah mungkin sebaliknya, tak tahu disengaja atau tak disengaja.
Aku tidak menyangka suatu hari anakku memperlihatkan salah satu ujian mata pelajaran Chinese yang mendapatkan nilai 94 (anakku yang pertama memang nilai di sekolahnya selalu berprestasi), dan kali ini ujian tengah semester didapatkan dengan score Essaynya yang kurang 1 (satu) point (setau informasi yang kudapat, nilai full score untuk essay memang tidak pernah diberikan di sekolah), karena hey essay seperti apa yang bisa mendapatkan full score karena setiap orang “memandang” cerita, suatu topic atau persepsi kehidupan selalu berbeda. Jadi untuk dia mendapatkan hampir full score di bagian essay mengarangnya sudah merupakan suatu kebanggaan. Dia bercerita bahwa ada satu topic yang harus dipilih dari 2 topic yang diberikan, yang pertama adalah mengenai ceritakan keindahan alam yang pernah kamu jumpai atau datangi. Yang kedua yang akhirnya menjadi topic pilihan anakku adalah suatu hal yang kamu alami struggle di awal dan akhirnya kamu berhasil bisa atasi. Tentunya anakkku menulis panjang lebar essay tersebut di dalam Hanzhi (tulisan mandarin), karena aku tidak mengerti sehingga aku harus menggunakan aplikasi translation dan tentunya juga meminta bantuannya untuk menterjemahkannya. Akhir-akhir ini banyak sekali pemberitaan mengenai pertengkaran ibu-anak, dari mulai Barbie Kumalasari, sampai ke Eza Gionino, tidak lupa menyebut Marshanda, Kiki Fatmala, dll yang pernah ada masalah dengan ibu mereka.
Ketika aku menonton, aku jadi berkaca pada diri sendiri, aku jadi mengingat akan hubungan aku dan ibuku yang memang sedari kecil tidak pernah semulus jalan tol. Aku mengerti, aku tidak menghakimi, kenapa?...Bersyukurlah kalian semua yang memiliki ibu seperti normalnya seorang ibu. Mendengar berita akhir-akhir ini tentang anak-anak remaja yang membakar rumah orang tuanya, atau kasar sama orang tuanya, dll, jadi ingin berbagi sedikit soal anakku yang berumur 12 tahun yang mulai memasuki tahap remaja.
Anakku yang pertama sudah mendapatkan haid pertamanya di usia 12, dan di usia sekarang ini juga mulai senang diajak teman-temannya pergi, dan diapun senang jalan-jalan sama temannya, tapi biasanya suamiku kurang mengijinkan karena usianya yang belum terlalu besar dan juga tidak termasuk anak kecil, jadi agak nanggung.
Untuk ibu-ibu yang sudah memiliki anak pasti pernah mengalami rasa gemes, gelisah, kuatir, atau bingung ketika anaknya sering milih-milih makanan. Jangankan anak-anak, mungkin orang dewasapun, atau kita terkadang sering memilih2 makanan.
Disini, sebagai ibu dua orang anak, aku ingin membagi pengalamanku ketika menghadapi anak yang sering memilih makanan. Penembakan massa yang kemarin terjadi di Las Vegas adalah penembakan TERBESAR yang pernah terjadi di US HIstory (That's Crazy). Ketika orang orang sedang asik menikmati musik country di Route 91 Harvest Festival, menikmati hidup mereka dengan orang orang tersayang, dan disanalah kebahagiaan mereka terenggut dalam sekejap.
Tentunya ini membuat aku juga shock, karena aku pernah berdomisili di America selama bertahun-tahun, anak-anakku juga lahir dan menghabiskan masa kecil mereka di America, jadi kurang lebih apa yang terjadi disana selalu kurang lebih akan menjadi salah satu bagian dari hidupku juga dan karena masih banyak keluarga yang masih tinggal di US membuatku juga menjadi khawatir. My deep condolences to the victims and their families.
Menjadi orang tua itu susah susah gampang, aku adalah orang tua dari seorang pra-remaja berusia 11 tahun, dan orang tua dari seorang anak kecil berumur 6 tahun.
Memiliki anak yang umurnya berbeda jenjang umur, terkadang seperti berada di dua dunia yang berbeda, terkadang kita harus menjadi seperti anak kecil untuk bisa masuk ke dunianya, dan terkadang kita harus bisa menjadi sahabat untuk diajak berbagi cerita. Secara tidak sengaja, aku berada di perdebatan comment panjang yang biasa terjadi di salah satu web terkenal yang pasti kamu semua tau. Lagi-lagi soal perdebatan yang tidak mutu, yaitu soal suku, warna kulit, warga keturunan.
Bermula dari seseorang yang complaint diperlakukan tidak senonoh dari keluarga pacarnya yang warga keturunan Chinese, lalu mulai menjelekkan betapa Chinese itu sangat arrogant, bersikap seolah-olah dia ras yang paling tinggi, sering meremehkan ras lain, dia berpikir bahwa bulelah yang paling OK. Lalu aku menjawab dengan sopan, "maaf mba, saya juga menikah dengan orang Chinese asli tapi keluarga menganggap saya dengan baik, dan menghormati saya, mungkin balik ke pribadi masing-masing orang". Kemudian orang tersebut menjawab dengan santai awalnya, tetapi kemudian dia mulai menceramahi aku tentang asal usul orang Chinese di Indonesia, bahwa dulunya juga petani biasa, terus menceramahi dengan pesan supaya tidak sombong, sesambil mengecek apakah aku sebagai warga keturunan Chinese memperlakukan hal yang sama kepada pribumi? dan di akhir kalimat dia berkata yang membuat aku sangat kaget, kalimatnya adalah "Masih betah kan mba tinggal di Indonesia?, ini bukan negara asli mba loh". Dalam hatiku cuman WOW...??
Terdengar celetukan dari seorang Youtuber Indonesia, kalau wanita itu harus bekerja. Menurut pendapatku, bekerja atau tidak, bukan menjadikan aku istri yang lebih baik atau lebih buruk, semua itu tergantung dari pandangan yang sama yang dimiliki oleh pasangan kita.
Dunia internet semakin besar, sosial media merajalela, dari mulai Friendster (ketauan umur haha), Facebook, Twitter, Snapchat, sampai Instagram, dan semua orang dengan mudahnya menaruh comment seenaknya, hanya dengan melihat satu foto, orang bisa berbeda pendapat, bahkan bertengkar hanya karena segumpal kalimat. Silly yet true.
Salah satu yang semakin hari seperti menggantikan TV di rumah adalah Youtube. Aku adalah salah satu orang yang tidak bisa hidup tanpa Youtube (hiperbola ga? haha), tinggal di luar negeri itu membuat aku menjadi sangat memerlukan Youtube, karena darisana aku bisa mendapatkan segala hal yang aku ingin lihat, dari mulai berita di tanah tercinta, gosip selebritis terbaru, sampai segala topik yang selalu membuat aku penasaran di pikiran, dengan gampangnya tinggal ketik aja disana. Semudah membalikkan tangan. |
Archives
March 2020
|