Kali ini aku mau share pengalaman sekolah di Beijing, eits tunggu dulu, kalau biasanya orang lain share tentang kuliah di Beijing, kalau aku mau share SD di Beijing, China, soalnya anak aku sekolah SD di Beijing, dari kelas 1 SD sampai sekarang udah mau naik kelas 4 SD di September nanti. Ada beberapa point yang aku mau share yaitu dari mulai pendaftaran sekolah, perbedaan sekolah di Cina dan indo, dan yang terakhir sistem belajar mereka. Yuk...click to know more...(siap-siap agak panjang hahaha)
6 Comments
Kemarin waktunya aku memperpanjang status permanent resident di China. Aku datang ke China dengan visa turis biasa (Visa L), karena lebih mudah dan tidak berbelat-belit, dan sampai di Cina, aku langsung merubahnya menjadi permanent resident di sini. Dikarenakan aku menikah dengan orang China asli, jadi pengurusannya tidak terlalu rumit, malah menurutku, lebih rumit saat mengurus KITAS untuk suamiku yang waktu itu sempat menetap di Indonesia, karena kantor urusan yang harus dikunjungi untuk mengurus KITAS berbeda-beda, dan agak banyak tahapannya, jadi agak ribet, dan juga kadang biasalah orang Indonesia, yang tanda tangan dokumen suka ga ada di tempat, harus nunggu lagi dan sbgnya, jadi lebih repot.
Justru di Cina hanya ada satu tempat untuk mengurus semuanya, dan benar-benar serius seperti layaknya kantor embassy pada umumnya (ga ada acara, orang yang tanda tangan lagi ga ada di tempat bu, nanti balik lagi aja yah setelah makan siang *sigh*)..cape deh, hmmm yuk mari kita lanjutin ke halaman berikutnya..... Pernah ngerasain asam lambung kamu naik ? Asam lambung yang dalam istilah kedokteran disebut Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) sering banget aku alami, bisa dibilang dari semenjak aku berumur 9 tahunan.
Banyak yang bilang hidup di luar negeri enak, bebas, dan rasanyaaa gimana gitu....tapi apakah benar enak? yah siap-siap semua harus dikerjakan sendiri, ga ada supir yg siap mengantar kamu kemana kamu mau, tidak ada pembantu yg bisa membantu kita setiap kali kita teriak "mbaa...", tidak ada pekerja pom bensin yg selalu siap mengisi isi mobil kita setiap kita mengeluarkan uang, dan tidak ada babysitter yg mengikuti kita kemanapun kita pergi, siap menggendong anak dimana diperlukan.
Aku dulu orangnya manja banget, karena terbiasa selalu punya pembantu sejak kecil, punya supir yang bisa mengantar kemanapun. Pertama kali aku hidup di luar negeri, yaitu umur 15 tahun, negara pertama aku tinggal yaitu Perth, Australia, tapi disana aku masih manja banget, ga tau namanya harus cuci piring sendiri setelah makan, untungnya disana aku tinggal bersama kakak2ku, jadi hidup terasa hampir sama, karena banyak yang membantu. tenang,...cerita disini belum "menusuk" ke sumsum tulang belakang. Setiap orang memiliki standard kebahagiaan yang berbeda-beda. Ada orang bahagia, kalau hidupnya kaya, bahagia ketika menggapai cita-citanya, merasa bahagia kalau bisa terkenal di sosmed haha, atau di televisi, ada yg bahagia ketika memiliki pacar ganteng/cantik, memiliki anak banyak, atau pernah aku jumpai beberapa orang malah ketika tidak memiliki anak, malahan "happy", katanya hidupnya akan selalu bebas, bebas dari tanggung jawab.
Kata "hujan" bagi setiap orang memiliki makna yang berbeda, bagi yang sedang di jalanan naik motor, khususnya hidup di Jakarta, adalah malapetaka, karna macet berjam-jam pastinya, banjir dimana-mana, tapi bagi orang yang sedang di rumah, dan berleha-leha, hujan menjadi sesuatu yang menyenangkan (enak banget kalo kita tidur pas hujan turun, rasanya nyaman), bagi para petani hujan membantu mereka mengairi sawah mereka, yang artinya tanaman bisa bertumbuh subur. Ya, Bahagia menurut setiap orang berbeda-beda. Bahagia bagiku adalah ketika kita puas dan memiliki rasa bersyukur. Kalau kita tidak memiliki rasa bersyukur, kita tidak akan pernah menemukan kebahagiaan, as simple as that. Karena seberapa kayapun anda, seberapa pintar dan suksesnya anda, kalau rasa syukur tidak pernah ada, kita tidak pernah akan merasa bahagia, karena kita akan selalu terus mengeluh, mengeluh hidup kita tidak "sesukses orang lain", tidak "sepintar" ketua OSIS, atau sebahagia para selebritis. Tapi apakah mereka benar-benar bahagia? kita tidak tahu, we dont know what happenned behind closed door. Bahagiaku hari ini adalah.....
Ketika aku pindah ke negara-negara Western kayak Aussie, dan Amrik, aku tidak merasakan "culture shock", mungkin karena Indonesia kiblatnya selalu ke Western. Bagaimana tidak? Setiap bidang di Amerika dari mulai music, technology, ekonomi, fashion, film, dsbgnya selalu menjadi standard kesuksesan suatu bidang di Indonesia. Katanya belum "hebat" kalau musik kita belum diakui di kancah international, film kita "belum sukses" kalau belum masuk Hollywood, fashion kita belum "keren" kalau masih kalah dengan merk-merk branded di Eropa, teknologi kita belum maju, kalau kita belum menghasilkan handphone seterkenal "Apple phone", atau mobil sekelas Lamborghini, Porsche, dsbgnya.
Tapi anehnya aku mengalami banyak "culture shock" malahan ketika aku pindah ke China, negara Asia dengan populasi terbesar di dunia, dan sekarang sangat maju karena ekonominya yang berkembang dengan pesat. China sangat memiliki kebudayaan yang sangat kental, dan orang-orang China disini sangat mencintai dan bangga akan kebudayaan mereka. Beberapa hal yang aku liat berbeda dari kebanyakan negara, kubagi menjadi 2 bagian, pertama dari segi "Physically" dan "Mentally". Pernah mendengar kalimat "musuh terberat adalah dirimu sendiri". Kalimat ini mengandung arti yang bertolak belakang, mana mungkin diri kita sendiri yang kita cintai, adalah musuh terbesar kita, yet terlihat simple namun mempunyai makna yang dalam. Kubus memiliki sisi yang berbeda, aku menganggap masalah yang kita hadapi sehari-hari seperti kubus yang memiliki banyak sisi, tergantung dari persepsi mana kita mau melihat kubus tersebut, apakah dari bawah, sisi samping kanan, kiri, atas, dsbgnya. Weekend kemarin, seperti biasanya it's family time, kita pergi ke sebuah mall di Beijing, setelah spent hourss there, we got bored, lalu my hubby said, there is a small park next to the mall, let's go there, pergilah kita kesana, setelah jalan beberapa meter terlihat sungai yang besar dan di tengah-tengah sungai tersebut ada batu-batu untuk menyeberangi sungai tersebut, my hubby asked "do you dare to cross that river?", i said "are you serious, that not meant to be crossed", he said "yes, it is", what makes me worried is "how deep is that river", yah sebagai seorang yang tidak bisa berenang, ok biarlah saya membela diri, saya bisa berenang tapi hanya untuk ukuran kolam yang setinggi diri saya sendiri (itu bisa dianggap bisa berenang ga?) haha, lalu hubby answered "maybe 2 metres more", and he kept going that direction....and as a good wife (just kidding), me followed behind without further thinking.... For your information, kita disana membawa 2 anak, umur 10 dan 5 tahun, dan tentu saja hubby held my younger kid, and i crossed with my older kid, and you know what......ok for a while i think ok i made mistake to decided to followed him, yeahhh my hubby can swim, and... i cannot swim, dan sungainya itu bukan tipe sungai yang tenang, tapi sungai yang flownya agak deras. Ok jujur, aku adalah tipe yang "takuttan", yah aku takut naik roller coaster yang terlalu tinggi, aku takut ketinggian, aku takut sungai yang terlalu dalam, dsbgnya, sedangkan anakku yang besar sangat berani dan berani mencoba hal-hal baru, pernah kita pergi ke sebuah amusement park, dan anakku yang besar waktu itu sekitar 6-7 tahun, dan dia berani menaiki semua roller coaster yang aku takut dan tidak aku naiki, yah dia memang pemberani, tipenya mirip2 suamikulah. Lalu berjalanlah kita ke menyeberangi sungai tersebut, dan dari batu ke batu, aku membutuhkan waktu sekitar 3 menit hanya untuk berpindah batu, ok this might be sounds crazy for you, but not for me, aku beneran takut banget, karna terngiang-ngiang suami bilang yah 2 meter lebih lah dan arusnya itu agak deras, yah aku takut terbawa arus, dan parahnya anakku yang berumur 10 tahun menguatkan aku, she said "it's okay mom, we will be okay" mungkin lebih dari 10 kali dia ngomong itu, dan terlintas semua pikiran-pikiran gila di dalam pikiran aku, aku dan diapun berencana untuk please one step by one step, so this help makes me better and she kept calm me down...dari kejauhan suamiku dan anakku yg kecil sudah sampai in another side, and me still in the middle of the river, standing like a model (lol no, it was not look like that), yeah i was standing like a statue trying to overcome my fears. Sebenarnya it looks simple, batunya itu tidak goyang sama sekali, dan agak lebar, tapi karena my mindset takut, dan takut, jadilah memakan waktu yang tidak sebentar untuk menyeberangi sungai tsb. yah jujur at that time, my enemy is myself, my mindset, kalau saja aku berpikir if my hubby can do it, i can do it too, maybe will be easier, but that is not the fact.. dan sampailah kita di seberang sungai....and yes it wasn't easy. tapi yang menjadi my surprise adalah anakku yg besar handle it, way better than myself, i said to her "i am so proud of you", you really know how to set your mindset, and braver than me. I dont know what would happenned without her, because she kept calm me down the whole time, she kept saying everything will be okay. Bukan berarti dia tidak takut, diapun takut juga, but less worry than me actually, but she knows how to calm herself and overcome her worriness, yes after that, we discussed it, what mindset is, how our mindset can make so many difference in the life, everything will be different depending on how to we respond to the problem, and so on.... Yes mungkin my hubby decision can give us a new experience in the life, especially to my growing daughter to show her that how important our mindset is in the life. yes, for me as well. After all, mengutip kalimat yang sering kita dengar "What doesn't kill you make you stronger". Segala sesuatu yang tidak membunuh kita secara fisik, hujatan orang, makian orang, mungkin terkadang banyak orang yang tidak mengerti kita, bahkan membenci kita, masalah yang ada di dalam hidup seringkali membuat kita menjadi "down", tapi percayalah at the end of the problem actually make us stronger. Believe, that ourself is not that small. Percayalah Tuhan mendesign kita otak yang pintar, yang seharusnya kita lebih kuat dari semua masalah kita. Tuhan tidak akan memberikan kita masalah melebihi kekuatan kita, karena Tuhan tahu kita bisa overcome it. Ada beberapa tips yang aku mau share disini, ketika kita dihadapkan dengan masalah: 1. Berdamai dengan diri sendiri. Belajar mencintai diri sendiri, memaafkan diri sendiri, dan tidak menyalahkan diri sendiri. Dengan kita mencintai diri sendiri, pastinya kita tidak mau melihat diri kita yang kita cintai untuk terpuruk. 2. There is sky above the sky. Percaya bahwa Tuhan ada di setiap masalah kita, dia sejauh doa kita, belajar berserah. Berserah tidak berarti menyerah, tetapi menyerahkan segala permasalahan kita di tangan Tuhan. Sebagai orang percaya, kita harus tahu bahwa walaupun semua orang meninggalkan kita, tetapi ada Tuhan yang menciptakan kita untuk membantu kita ketika kita percaya. Berserah juga harus diikuti dengan a great deal of trust, to not give up, but to let go all the problems. Berserah bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari segalanya. 3. Believe in ourselves. Percaya we are not "that" small, believe that we have more capacity than our problems. kita diciptakan Tuhan memiliki otak yang cemerlang, kita adalah makhluk ciptaan yang paling mulia di antara semua makhluk hidup. 4. Set our mindset to be strong. Yes as Simple as that, but true. Just simply be a stronger you. You dont know how strong you are until you overcome all your problems, remember what i said above, what doesnt kill you makes you stronger. Selama kamu masih bernafas, menghirup udara segar setiap pagi, percayalah you are "that" strong. Kita akan bisa keluar dari masalah kita, tergantung dari persepsi mana kita mau melihat masalah kita, Milikah selalu harapan. Siapa yang akan menolong kita, kalau bukan diri kita sendiri. Let go of the past, being in the present, and see future as your sunshine. Matahari akan bersinar setiap hari. Jangan membiarkan masalah menutup matahari itu, biarkanlah matahari menjadi tanda nyata bahwa selalu ada pencerahan di balik setiap kegelapan. Be a greater you today.
Aku miris sekali melihat polemik peraturan daerah Serang, Banten yg menutup warung ibu-ibu, dan restoran2 yg membuka tempat makannya di waktu orang puasa, dan yang membuat miris lagi adalah monolog berita tersebut yg berkata untuk "toleransi umat beragama". Sekarang pertanyaannya apa sih yg disebut toleransi?
Sebelum saya melanjuti blog saya ini, saya meminta maaf kalau ada salah-salah kata yang menyinggung, yang pasti saya tidak bermaksud menyinggung siapapun, dan tidak ingin membuat kesalahpahaman terjadi, tujuan saya adalah membangkitkan sebuah kesadaran tentang kata "toleransi umat beragama" dan biarlah kita menjunjung tinggi apa arti kemerdekaan bangsa Indonesia itu sendiri dan tetap berpegang teguh pada semboyan negara kita Bhinneka Tunggal Ika yaitu berbeda-beda tetap satu dan jangan mau dibodohkan oleh kelompok-kelompok tertentu yang ingin memecah belah.
Hay day is one of my favourite game, i've been playing this game on-off for around 4 years. As you know last year they've released a new challenge which called Derby Neighborhood quest , they called it derby because it shown like the horse racing competition. The Horse represent our neighborhood. The game is basically teamwork, it's simply like your group compete within your neighborhood collecting horseshoe points, pass all the checkpoints within certain timeframe, and who wins the most of horseshoe points within certain timeframe will brings you to the top 3 which means will give you extra items, rewards, and trophy, where i found most of the extra rewards are kinda suck (common), but i only like the trophy, it's a pride.
First of foremost if you always really want being the top 3, the most important thing is to find the good neighborhood, or at least most of the members are active and high level. Before you join the neighborhood, you have a chance to check their derby record. Pengenalan terhadap seks pada anak di jaman dulu dan jaman sekarang sangatlah berbeda. Ketika jaman aku dulu kecil, seks tidak pernah dikenalkan sama sekali atau dibicarakan oleh orang tua, malah sangat dianggap tabu, tapi berbeda dengan aku, aku mengenalkan kepada anakku sedini mungkin dikarenakan aku merasa sangatlah penting di era jaman yg seperti ini.
Pada saat aku memiliki anak perempuan, munculah perasaan khawatir dan takut, pasti ini dirasakan oleh ibu2 yg memilki anak perempuan. Ketika anakku mulai memasuki usia masuk sekolah, mulailah aku browsing around on internet about when the parents should talk about sex to their children? dan jawabannya pun mengejutkan, yaitu pada saat anak berusia 4-5 tahun. Eits, jangan mengernyitkan dahi atau bingung dulu. Tahapan2 pengenalannyapun ada tingkatannya, sesuai umur mereka, dan tidak seribet yg anda bayangkan. |
Archives
March 2020
|