Disini, sebagai ibu dua orang anak, aku ingin membagi pengalamanku ketika menghadapi anak yang sering memilih makanan.
Aku adalah tipe ibu yang biasanya “memaksa” ketika aku tahu itu baik untuk anakku, selain soal kebersihan mencuci tangan, hal lain yang sering aku “paksakan” adalah soal makanan.
Aku bukan tipe orang tua yang membiarkan anak bebas untuk memilih makanannya, prinsipku adalah anak harus bisa memakan makanan yang disediakan oleh orang tua di meja, apalagi karena aku sendiri yang menyiapkan makanan tersebut tanpa bantuan pembantu atau “mbok2” (chef) masak, jadi aku tahu betul kebersihan dan nutrisi dari makanan tersebut.
Aku “memaksa” anakku untuk memakan makanan yang tertera di meja makan, bahkan aku memporsikan at least berapa cukup sayur yang anakku harus makan, tentunya kalau dia suka dengan sayur tertentu, aku akan memberikannya secara extra atau lebih, tapi ada ketentuan seengaknya minimum dia harus memakan sayur atau buah yang aku sediakan.
Aku mungkin terlihat sedikit “kejam” di mata orang-orang yang mungkin tidak setuju, termasuk suamiku, walaupun pada akhirnya dia menyerahkan tanggung jawab tersebut kepada diriku, karena aku yang biasanya mengelola kebutuhan anak-anak kita.
Begini alasanku, dikarenakan
- Aku tahu bahwa makanan yang aku berikan kepada anakku dalam kualitas yang masih baik, tidak dalam keadaan hangus, tidak memiliki bau, atau rusak, tidak terlalu asin/terlalu manis, dan tidak memiliki rasa pahit. (bisa dimakan oleh diri sendiri).
- Aku ingin anakku memiliki kesehatan yang terbaik yang bisa aku berikan, bukan hanya Vitamin A yang didapat dari Apel, tapi juga mau menerima Vitamin K yang terdapat di buah mangga atau anggur, atau Vitamin C pada buah jeruk. Sebisa dan selengkap mungkin.
- Aku mau menjadikan anak-anakku ketika beranjak besar menjadi orang yang tidak memilih-milih dalam hal makanan, tetapi mudah bersyukur dengan apa yang mereka miliki.
- Aku mau anakku bisa “mengerti” ketika pada satu masa buah naga atau buah nanas misalnya dalam keadaan mahal, ketika anak-anak terbiasa hanya makan buah yang itu-itu saja atau hanya yang dia suka, bagaimana ketika keuangan orang tua sebenarnya tidak cukup untuk membeli pada saat buah tersebut tidak on season misalnya, tentunya buah tersebut akan menjadi mahal bukan? Yah bersyukur kalau orang tua bisa selamanya membeli segala macam daging, sayur, buah mau berapapun harganya, tapi kalau suatu ketika kondisi keuangan keluarga anda terbatas, apakah pada akhirnya anak tidak akan makan buah atau sayur hanya karena dia SUDAH TERBIASA memilih hanya mau makan yang dia suka?
Bukan berarti peraturan aku selamanya mulus, pasti tentu saja terdapat “ketegangan” ketika aku meminta mereka untuk makan misalnya anakku tidak suka dengan buah jenis pepaya atau melon, aneh bukan? Walaupun melon yang aku berikan dalam keadaan sangat manis, aku tidak tahu kenapa mereka tidak terlalu suka, tapi karena aku tahu buah pepaya bagus untuk pencernaan perut mereka, aku selalu “memaksa” anakku untuk tidaknya sedikit saja misalnya 5-10 buah potong. Tentu saja aku memberikan sedikit “hadiah” misalnya memberikan satu extra snack di hari tersebut. Kalau masih picky, biasanya aku tidak memberikan snack yang mereka suka. And they know i’m not kidding :)
Tapi ada beberapa pengecualian yang aku berikan mereka keleluasaan, contohnya adalah anakku yang besar sangat benci sekali dengan ikan, mau diapain cara masak ikannya, dia tidak suka dengan bau dan tekstur daging ikan, mungkin karena aku tidak makan ikan sama sekali ketika sedang mengandung anak pertama (anjuran dokter), sehingga semenjak di dalam perut, saat kecil dia sudah sangat menolak daging ikan, jadi untuk hal ini aku memaklumi.
Dan sebaliknya untuk anakku yang kedua, dia sangat suka sekali daging ikan, tapi dia sangat benci dengan telur, walaupun telur goreng biasapun dia tidak suka, dan biasanya aku tetap memaksa untuk dia makan, karena telur tentunya hal yang biasa dan tidak berbau, sehingga aku tetap memberikannya namun sedikit memberikan keleluasaan dengan dia makan paling tidak dalam porsi sedikit.
Tentunya setiap orang tua memiliki pendapat dan prinsip yang berbeda di dalam rumah tangga mereka, suamikupun adalah tipe yang tidak memaksa anak-anaknya untuk harus makan yang mereka tidak suka, karena suamiku juga termasuk orang yang tidak bisa makan berbagai macam jenis makanan karena orang tuanya terbiasa “membiarkan” dia makan yang dia mau dan tidak memaksa memakan yang dia tidak suka walaupun itu hanya kuah ayam sop biasa, tapi untung suamiku adalah orang yang pengertian, ketika aku memberi tahu kenapa aku memilih untuk tetap bependirian kuat dalam hal ini, beliau mengerti dan menyerahkan tanggung jawab tersebut kepada aku sebagai ibu.
Oh iya terkadang suamiku juga “tidak sengaja” mengekspresikan perbedaan opini dalam hal ini di depan anak2, sehingga anak2 langsung lebih memperkuat pendirian mereka dengan menolak memakan sayur atau buah yang aku berikan, karena sang anak tahu bahwa disana ada “sang pembela”, tapi ketika malam hari di kamar tidur aku mengajak suami berdiskusi mengapa aku bertetapan dengan pendapatku, dan mencoba untuk tidak memperlihatkan perbedaan pendapat di depan anak-anak, karena dengan begitu sang anak “merasa” ada yang sependapat dengan mereka, dan mereka akan lebih menolaknya, kalau kedua orang tua berada di dalam satu perahu yang sama maka sang anak hanya bisa memilih untuk mengikuti karena kedua orang tua sependapat.
Tapi kembali lagi ke keluarga masing-masing, kalau anda lebih memilih untuk memperbolehkan anak anda memakan yang dia suka tanpa perduli nutrisi anak anda dan lebih memilih cara instan dengan memberikan tambahan vitamin yah boleh saja, because every person entitled to their own opinion and at the end this is your family, i believe you know what is best for your own kids. And what the best for you might not the best for me, and vice versa.