Seperti yang kalian tahu, aku tinggal di Beijing sudah hampir 7 tahun dan tentu merasakan sendiri heboh virus Corona yang berasal dari Wuhan awalnya.
Kegiatan belajar di sekolahpun ditiadakan, semua anak sekolah belajar di rumah, anakku yang duduk di kelas 1 SMP harus mengikuti kegiatan belajar online seperti jam sekolah biasanya, jadi dia harus tetap bangun pagi, gurunya akan tetap mengajar, melontarkan pertanyaan secara random kepada muridnya, bahkan mereka tetap harus taking notes dan harus difoto untuk membuktikan bahwa mereka memperhatikan pelajaran, mengerjakan PR, bahkan tetap mengikuti monthly test di rumah.
Kalau anakku yang duduk di kelas 3 SD lebih ringan, tidak usah harus mengikuti pelajaran seperti jam sekolah, tetapi tetap harus memberikan tugas pada waktunya.
Aku sebenarnya awalnya sangat stress karena semua toko, mall, park, restoran, semua benar-benar TUTUP, yang buka hanyalah supermarket, dan suamiku juga sangat ketakutan untuk keluar rumah, jadilah kita 3 bulan benar-benar hanya di rumah saja kecuali membeli bahan makanan, kalau di Indonesia "masih bisa" nakal untuk keluar rumah (karena masih banyak yang buka), tidak dengan di Beijing, dikarenakan semua TUTUP, tidak ada satupun toko yang buka kecuali Supermarket.
Tapi mungkin aku harus "berterima kasih" dengan keadaan yang memaksa aku di rumah, karena sampai hari ini Puji syukur kepada Tuhan, aku sekeluarga sehat, tidak batuk, tidak pernah demam, hanya pernah pilek sehari (itupun minum obat flu biasa, langsung sembuh).
Sebenarnya aku sekarang sedih kalau lihat keadaan di Indonesia yang penduduknya istilahnya masih 'ngeyel' kalau dikasih tahu, aku ga ngerti (kurang pengetahuan atau cuek, atau terlalu "mengalibikan Tuhan" sebagai pelindung hanya karena masih ingin bebas?), aku mungkin ngerti kalau Indonesia susah sekali untuk lockdown dikarenakan banyak penduduknya yang masih bekerja dengan mengandalkan upah harian, tapi untuk yang tidak bekerja untuk apa masih nongkrong2 ga jelas ? Cuek atau Egois?
Walaupun di Beijing tidak terlalu banyak yang infected dibandingkan di Wuhan, tapi pemerintah sini amat sangat ketat, jadi setiap orang dewasa (termasuk anak kecil) yang tinggal di suatu komplek harus mendaftarkan diri di komplek tersebut, setelah mendaftar kita akan diberikan sebuah kartu elektronik, sehingga setiap orang yang masuk dan keluar komplek rumah HARUS SCAN di mesin yang sudah disediakan, supaya semua termonitor dengan baik.
Kemudian ketika masuk ke dalam supermarket, SEMUA ORANG DIHARUSKAN UNTUK MEMAKAI MASKER dan DIPERIKSA SUHU TUBUHNYA, kalau tidak memakai masker atau suhu tubuh diatas 37 derajat celcius, maka tidak akan diperbolehkan masuk dan harus dikarantina, dan jumlah orang yang boleh ada di dalam supermarket juga diukur, sehingga seringkali antrian terjadi di depan supermarket dengan menjaga jarak, tapi untung aku selalu ke supermarket yang ada di mall (Mallnya tutup, hanya basement untuk ke supermarket yang buka), supermarket di mall ini lebih agak sepi dan besar, jadi biasanya kita ga perlu ngantri sama sekali.
Sekarang tertanggal 26 Maret 2020, keadaan di Beijing sudah mulai membaik, mall sudah mulai buka sejak 2 minggu lalu, kemarin aku ke park, juga sudah mulai ramai orang berjalan dan berolahraga, WALAUPUN semua orang (SETIAP ORANG) masih sangat taat memakai masker (dan aku bangga melihat masyarakat di Beijing sangat taat dan sadar diri akan penularan virus), dan kita tetap harus scan (melapor) bahwa kita keluar rumah, hanya saja sampai saat ini, sekolah belum mulai aktif kembali, mungkin karena bangku-bangku di kelas lebih berdekatan, dan anak-anak mungkin lebih susah untuk diajak bekerja sama, maka pemerintah masih memilih anak-anak sekolah untuk belajar di rumah (bukan libur).
Terkadang kalau melihat news tentang keadaan di Indonesia, aku sedih, Indonesia "terpaksa untuk tidak lockdown", bukan berarti kita boleh jalan-jalan, tanpa kita sadari sudah terpapar virus, dan mungkin menjadi pembawa dari virus corona ke orang-orang di rumah, dan yang paling aku benci dan sedih, MASIH BANYAK YANG BELUM PAKAI MASKER, ATAU PAKAI MASKER TAPI DITARUH DI DAGU, padahal seperti yang kita sudah ketahui (semoga orang-orang Indonesia lebih senang membaca soal kesehatan daripada gosip artis), bahwa virus ini dapat ditularkan melalui bersin, batuk, dan air liur yang keluar tanpa disadari dari orang yang sedang berbicara, jadi PENTING SEKALI UNTUK MEMAKAI MASKER.
Apakah orang Indonesia harus "dipecut" dulu untuk menyelamatkan bangsanya sendiri?, kita ga perlu kan dipaksa untuk sehat?, kalau kamu ga sayang sama diri kamu sendiri, paling tidak, kamu sayang kan sama orang tua, pacar, temen kost di rumah, atau adik-kakak, suami/istri, bahkan anak-anak kamu yang di rumah kan??
Perlu kalian ketahui, di grafik tertentu, ada angka pertemuan yang berlebih pada jumlah pasien dan mengakibatkan jumlah dokter-dokter, alat medis, ranjang rumah sakit tidak akan cukup untuk merawat pasien dalam jumlah yang banyak sekaligus, dan saat itu, apakah kamu masih bisa berkata "DOKTER, PLEASEEE do your best", mungkin saat itu Tuhan bilang "kenapa kamu ga pernah mau do your own best?"
Jadi Please jangan ngeyel, pakailah masker ketika keluar rumah, dan kalau ga perlu banget, #dirumahaja. JANGAN jadi orang yang EGOIS.
STAY HEALTHY AND SMART.