Sebelum saya melanjuti blog saya ini, saya meminta maaf kalau ada salah-salah kata yang menyinggung, yang pasti saya tidak bermaksud menyinggung siapapun, dan tidak ingin membuat kesalahpahaman terjadi, tujuan saya adalah membangkitkan sebuah kesadaran tentang kata "toleransi umat beragama" dan biarlah kita menjunjung tinggi apa arti kemerdekaan bangsa Indonesia itu sendiri dan tetap berpegang teguh pada semboyan negara kita Bhinneka Tunggal Ika yaitu berbeda-beda tetap satu dan jangan mau dibodohkan oleh kelompok-kelompok tertentu yang ingin memecah belah.
Indonesia bukanlah negara Islam, tetapi negara yg mempunyai semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Negara kita adalah negara demokrasi yg memiliki berbagai suku, agama, ras, dan kebudayaan yg berbeda-beda, yang pastinya harus dihormati oleh masing-masing pihak.
Jadi kalau menutup warung makan disaat bulan puasa, apakah artinya anda mentoleransi agama lain selain agama islam yang sedang berpuasa, atau kita sebagai non-muslim yang harus dan hanya menghormati agama islam itu sendiri. Saya adalah non-muslim tapi saya sangat menghargai orang yang beragama islam, dengan saya tidak mengganggu mereka berpuasa, menghormati dengan cara tidak makan di depannya, dengan begitu sayapun ingin dihargai sebagai non-muslim.
Kalau memang anda khawatir dengan pembeli muslim yang makan, alangkah baiknya pemerintah daerah lebih menghimbau para penjual untuk mengecek misalnya KTP mereka apakah mereka muslim atau bukan, bukan dengan jalan menutup rata semua tempat makan, kalau semua pemerintah daerah berpikir yang sama, terus orang-orang yang non muslim mau makan dimana? apakah seluruh supermarket juga harus ditutup karena memperjualkan buah dan sayuran di siang hari? Kalau memang seperti itu, terus yang non muslim mau makan dimana? diluar semua tempat makan sudah ditutup, mau masak di rumah, supermarket juga ditutup, terus apa jadilah bangsa kita? terus bagaimana dengan ibu-ibu hamil atau menyusui yang beragama islam tapi tidak dapat berpuasa, bagaimana dengan orang-orang sakit, dan lanjut usia yang tubuhnya tidak dapat puasa?
Dengan memberikan kain penutup atau curtain di jendela tempat makan sudahlah cukup menurut saya, kalau dari hatinya sudah tidak mau puasa, tetap saja tidak akan puasa, kalau niatnya ingin puasa tetaplah akan puasa.
Apakah berpuasa harus dipaksa atau didorong oleh non-muslim? tentunya diharapkan tidak, biarlah puasa tidaklah menjadi puasa yang manja, yang artinya orang lain seakan-akan yang harus bertanggung jawab akan kelancaran puasa anda, mendorong dan mengerti anda, biarlah puasa menjadi tanggung jawab iman sebagai umat islam kepada Yang Maha Kuasa, mengejar pahala, kesadaran menguasai diri sendiri, dan bukan menjadi ajang pencarian dosa bagi orang yang mencari rezeki dengan menutup warung makan mereka dimana mereka memiliki beban dan tanggung jawab sendiri untuk menghidupi keluarga mereka, bukankah dengan menutup rezeki orang lain juga menambah dosa?
Biarlah bangsa kita kembali kepada dasar toleransi umat beragama, saling menghargai, dan tidak mudah dipecah belah, saling menghargai antar umat beragama. Janganlah terkoceh dengan arti toleransi umat beragama itu sendiri. Toleransi bukanlah milik satu agama (satu orang), melainkan semua agama (semua orang).
Selamat menunaikan ibadah puasa sebaik mungkin, menurut kesadaran dan tanggung jawab masing-masing, semoga ibadah puasa kali ini membawa berkah bagi semua orang dan biar kita semua selalu diberi kesehatan yang baik.