"menakutkan" atau itulah yang menjadi "cita-citamu"? Aku mau berbagi sedikit ceritaku, siapa tau mungkin memberikanmu inspirasi atau "peringatan" untuk berpikir lebih jauh atau lebih dekat menjadikannya kenyataan. Menikah muda , menikah sama orang asing, hidup di negeri orang, memilki anak di usia muda, semuanya sudah kurasakan, rasanya....
Bayanganku ketika remaja, cita-citaku adalah ingin memiliki keluarga kecil, ingin jadi ibu yang bisa menjadi inspirasi buat anak-anakku. Dan aku sempat share mimpiku ini bersama sahabatku di kala itu, dia bilang "kalau gua malah ingin jadi wanita karir", sedangkan aku bercerita "gua pingin banget punya keluarga kecil". Kalau orang menikah muda karena ingin "spend time" sama orang yang kita cintai, lebih kepada emosi ingin "melihat setiap hari", kalau di bayanganku bukan itu, tapi memiliki keluarga kecil, membangunnya dari nol, memiliki anak, dan bisa menjadi ibu.
Tentunya pernikahan tidak semudah seperti cerita drama2 korea, atau selucu boneka teddy bear disamping ini, by the way, umur pernikahanku sekarang sudah menginjak 11 tahun, mau masuk ke 12 tahun, yah bisa dibilang belum terlalu lama kalau dibanding "Widyawati-Sophan Sophiaan" dan juga tidak secepat pernikahan "Fairuz-Galih Ginanjar".
Di awal-awal pernikahan, karena aku dan suamiku yang memiliki latar belakang dan kebudayaan yang berbeda seringkali cekcok, ingin sekali di saat itu "menyudahkannya" saja, tapi untungnya suamiku yang usianya jauh diatas, lebih matang dan tidak menganggap sepele suatu pernikahan, dia mencoba mempertahankannya pada saat itu, dan disinilah kami sekarang.
Mempertahankan pernikahan itu tidak mudah, diperlukan kedua pihak untuk memiliki komitmen yang besar, bukan hanya cinta, yah ketika kita bertengkar, terkadang "cinta" mungkin tidak ada disana, yang ada hanyalah kebencian, tetapi kalau kita memiliki komitmen untuk mempertahankan, pastinya jalan keluar akan selalu ada, ketika kita sedang bentrok dengan suatu masalah, dan tidak ada yang mau mengalah, biasanya kita mengambil cara yang kita sebut "middle way" (jalan tengah), yang artinya aku mundur selangkah, dan kamu mundur selangkah, dan mencoba saling menyesuaikan.
Ada beberapa hal yang harus kamu pertimbangkan ketika kamu ingin menikah muda :
- Apakah menikah adalah cita-citamu.
- Siapkah kamu mengorbankan cita-cita kamu yang sebenarnya (misalnya "harus").
Bukan berarti pasti akan tertinggal, tapi kalau seandainya "harus" untuk ditinggal, apakah kamu siap? karena kalau kamu tidak siap, keluarga kamu akan mudah terpecah belah, karena suami kamu inginnya kamu mengurus keluarga, sedangkan kamu ingin mengejar cita-cita kamu. Bukan berarti kamu ga boleh kerja yah, tapi siapkah untuk tidak 100% di pekerjaan kamu.
- Apakah pasanganmu adalah pasangan yang tepat.
Dan sebelum kamu melangkah jauh untuk menikah muda, dan hanya membayangkan yang enak-enak, ketahuilah ada beberapa permasalahan yang biasanya sering terjadi di dalam pernikahan, dan alangkah baiknya untuk kamu bicarakan terbebih dulu sebelum kamu menginjak ke "dunia pernikahan", terutama kamu yang ingin menikah muda, beberapa hal tersebut adalah :
Masalah keuangan.
Baiknya dibicarakan siapakah yang akan me-manage keuangan di pernikahan, bolehkah istri full attention di kerjaan, atau kadang banyak cost2 yang bocor di dalam pernikahan dan seringkali menimbulkan pertengkaran.
Mendidik anak.
Setiap orang memiliki cara didik yang berbeda dari orang tua masing-masing, latar belakang, dan kebudayaan yang berbeda. Dalam mendidik anak, seringkali aku dan suami bertengkar hanya karena masalah ini, karena suami yang biasanya disiplin, seringkali bertentangan dengan aku yang "lebih santai" dalam mendidik.
Perbedaan persepsi akan sosok suami, istri, maupun anak.
Setiap pasangan memiliki pengertian yang berbeda akan sosok "istri" atau sosok "suami", pernah dengar kan selentingan orang berkata "istri kan harusnya begini...", atau "suami tuh harusnya begitu...." atau "anak tuh harusnya seperti ini..." Malah seringkali aku bertengkar dengan suami hanya karena pandangan yang berbeda atas sosok anak dan menyebabkan perilaku kita terhadap anak juga berbeda misalnya menurutku anak harusnya "dilayani" oleh orang tua, dibiarkan menikmati masanya mereka kecil, tapi suamiku memiliki pandangan bahwa "anak itu harus dididik melayani orang tua dari sejak dini". Oleh sebab itu baiknya cocokanlah persepsi atas sosok-sosok diatas.
Perbedaan visi dan misi.
Ada suami yang maunya istri di rumah, dan tidak bekerja. Tapi ada juga suami yang maunya istri bekerja, malah tidak suka kalau lihat istrinya di rumah saja, dan berharap istrinya aktif dan beraktivitas seperti orang lain. Hal ini harus kamu cocokkan, kalau kamu suka bekerja, carilah suami yang bisa menerima kamu bekerja dan mengejar cita-citamu, kalau kamu lebih suka mengurus rumah tangga, carilah suami yang ingin kamu fokus hanya di keluarga, maka tidak akan menjadi pertengkaran di tengah-tengah pernikahan karena perbedaan visi tersebut.
Menikah muda balik lagi ke masing-masing individu, apakah inilah sesungguhnya yang menjadi impianmu, atau hanyalah keinginan semata untuk berada di samping orang tersebut setiap saat, percayalah suatu saat kamu sampai di titik 10 tahun lebih menikah, point itu hanyalah menjadi point yang tidak terlalu penting, yakinkan diri bahwa tujuan menikah kita bukan hanya karena orang lain (baca: orang tua), tapi bahwa hal ini adalah hal-hal yang diidamkan oleh diri sendiri, tapi ingatlah bukan hanya emosi sesaat ingin tinggal bareng dengan orang yang kita cintai atau ingin hidup bebas.
Dan seandainya pada akhirnya kamu memutuskan untuk menikah muda, berjanjilah bersama pasanganmu untuk selalu memegang janji teguh pernikahan. Ketahuilah pernikahan bukanlah ujung dari kisah cintamu, melainkan awal segalanya kisah cintamu. Jadi tidak usah terburu-buru kalau memang belum siap, nikmatin masa mudamu, karena itu hanya akan terjadi sekali seumur hidupmu.
Menikahlah disaat kamu yakin inilah cita-citamu, inilah pasangan hidupmu yang tepat, dan inilah saatnya.