Padahal di Beijing pelajaran hanya ada 5-6 pelajaran, berbeda jauh dari Indonesia (anakku juga pernah setahun SD di Jakarta) yang pelajarannya sangat banyak, tapi pulang pukul 13.00.
Waktu aku bercerita sama kakakku yang berada di Indonesia, aku seperti seakan-akan "complaint" sama kakak, "gila anakku pulang jam 5 sore baru kelas 1 SD", kakakku bertanya "ngapain aja di sekolah, banyak pelajaran yah?" lalu aku menjawab (saat itu dia masih kelas 1 SD) "pelajarannya hanya Mathematics, Polite, English dan Mandarin".
Sekarang anakku sudah kelas 4 SD, sudah 3 tahun lebih dia bersekolah di Beijing, tapi anehnya anakku tidak pernah mengeluh cape atau pulang kesorean, hanya aku aja sebagai ibunya yang kuatir dan merasa cape ga sih, kasian amat, ternyata kata suamiku yang orang Beijing asli, dia bilang SMP dan SMA malah lebih parah bisa jam 7-8 malam.
Ternyata setelah aku tanya-tanya sama anakku ngapain aja sih di sekolah selama itu, ternyata oh ternyata tidak seseram yang aku bayangkan, mungkin buat kamu yang pernah baca blog aku yg judulnya "Sekolah di Beijing" lebih kurang sudah aku jabarkan disana, tapi aku share lagi supaya lebih terpampang nyata. Aku disini mau berbagi full day school itu tidak seseram yang dibayangkan, mari kita mulai apa saja sih aktifitas full day school menurut sekolah di Beijing.
Sekolah anakku mulai dari jam 7.50 - 4 sore baru selesai, ada hari-hari tertentu yang pulang sampai jam 5 sore, untuk kelas 4 SD, pelajaran hanya English, Computer, Mandarin, Mathematics, Science dan Polite, setiap pelajaran sekitar 45 menit, setiap berganti pelajaran ada istirahat 5-10 menit, dan di dalam satu hari ada acara keluar kelas sebanyak dua sampai tiga kali, yaitu pelajaran olah raga (setiap hari ada pelajaran Olah Raga), upacara pagi atau sekedar pembinaan murid, dan Outdoor Activity (artinya bebas bermain bersama teman2, bukan keluar main, tapi beraktifitas bersama teman2 yang dimana selalu ada guru yang memantau.
Oh iya pelajaran olah raga di China bukanlah pelajaran olah raga yang asal-asalan atau main-main seperti di Indonesia, pelajaran ini sangat serius dan setiap hari selalu ada, makanya tidak heran kedudukan Olimpiade olah raga kita masih diduduki oleh United States dan China untuk peringkat 1 dan 2, aku tidak heran, karena disini sejak sangat dini anak sekolah sudah dididik keras dalam bidang olah raga. Berbeda waktu aku sekolah di Indonesia, pelajaran olah raga, adalah pelajaran main-main, berlari dengan teman-teman lainnya, atau acara main basket biasa.
Anakku biasanya hanya complaint soal pelajaran olah raga, bukan pulang sorenya yang dia complaint, karena pelajaran olah raga disini berat katanya, harus lari keliling lapangan besar (baca: mereka memakai jogging track beneran yang biasa dipake), kemudian sit up, dan push up, dll.
Ada juga pemijitan wajah sekitar 5-10 menit setiap 3 pelajaran (dilakukan setiap hari), memijit bagian bawah mata dan setiap bagian di wajah dengan diiringi lagu pelan yang diputar, kemudian Lunch Time pada pukul 11.40 siang sampai 13.10 harus kembali ke sekolah, setiap murid boleh memilih untuk makan siang di sekolah (ada biaya tambahan untuk makan di sekolah), tidak ada cafetaria, tapi semua makanan disediakan oleh sekolah (dengan biaya tambahan), atau boleh memilih untuk pulang ke rumah dan kembali pukul 13.10, anakku memilih untuk pulang karena rumah kami yang berjarak hanya 2 menit dengan berjalan kaki dari sekolah ke rumah, deket kan?? mendingan pulang kan...lalu sekitar 13.05 aku mengantarkan anakku kembali ke sekolah dan menjemputnya sekitar pukul 16.00 atau 17.00.
Setelah itu banyaknya aktifitas kurikuler, seperti pelajaran menyanyi, ekskul menari, atau ekskul mirip SKJ gitu, atau Writing Hanzhi mandarin menggunakan brush khusus, ekskul olah raga, ekskul budi pekerti, atau history China, dan juga ada ekskul praktikum Science dan ini wajib diikuti (anakku suka banget sama praktikum Science ini) karena fun dan setiap kali anakku selalu membawa benda-benda "aneh" dari kelas tersebut dan dibawa pulang untuk dimainkan oleh adiknya (anakku yg paling kecil).
Setelah Menteri Pendidikan mengeluarkan ide "full day school", aku baru "ngeh" kalau selama ini pendidikan anakku menganut sistem "full day school", oh ini toh yg dimaksud full day school. Setelah aku me-research di internet, ternyata banyak beberapa negara yang menganut sistem full day school, nih aku kasih linknya
https://www.brilio.net/serius/7-negara-maju-ini-ternyata-menerapkan-sistem-full-day-school-wow-160808h.html
negara seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan, termasuk China adalah negara yang menganut sistem full day school.
Oh iya di artikel ini juga dituliskan bahwa sekolah di Amerika Serikat mulai pukul 8.40 sampai 15.15, ini sangat benar, sebelum aku pindah ke Beijing, anakku juga sempat bersekolah di Amerika Serikat, disana memang benar sekolah dimulai tidak terlalu pagi tapi pukul 8.40 dan saat itu anakku pulang 15.20, aku suka karena disana sekolah mulainya tidak terlalu pagi dan makanan juga disediakan dari sekolah (tentunya ada biaya tambahan), tapi murid hanya terima beres, tidak usah pesan atau memilih lagi menunya, setiap bulan tinggal membayar, kemudian setiap murid mengantri di cafetaria dan cafetaria langsung menyediakan makanan sesuai menu hari itu (setiap bulan anak membawa pulang jadwal menu makan siang untuk sebulan), Jadi kita sebagai orang tua tetap mengetahui menu makanan anak kita setiap harinya.
Dengan tidak bermaksud untuk menjelekkan salah satu dari negara manapun, aku hanya ingin berbagi untuk orang-orang yang ingin tau perbedaan sekolah di Indonesia dan di luar, yaitu ada beberapa hal yang mau aku sampaikan untuk pendidikan di Indonesia, dimana aku sendiri pernah merasakan rasanya sekolah di Indonesia dan di luar, menurut aku kekurangan sekolah di Indonesia adalah terlalu banyak teori menghafal, dari sejak aku kecil, sampai aku sempat menyekolahkan anakku di SD national plus di Jakarta, dan masih saja tetap sistem ujiannya adalah menghafal pelajaran yang diberikan, terlalu banyak menghafal, sampai terkadang anak tidak mengerti bagaimana mengaplikasikan ke kehidupan nyata.
Jujur pada saat bersekolah di Indonesia, anakku setiap hari kerjaannya menghafal, dan diapun complaint, dia terkadang sulit untuk bisa menghafal dengan persis seperti di buku, yang dimana guru malahan senang kalau anak muridnya bisa menulis seperti di buku, anak jadi terdidik seperti robot, dan susah untuk mengerti isi materi dari pelajaran.
Berbeda dengan sistem sekolah di luar negeri, seperti di China misalnya ujian anak sekolahku tidak diisi hanya dengan menghafal, melainkan lebih kepada pengertian akan pelajaran itu sendiri, jadi kalau kamu tidak mengerti pelajaran yang disampaikan, kamu mungkin tidak bisa menjawab secara rinci.
Contoh dalam pelajaran Mandarin mereka lebih terfokus kepada membuat satu kata menjadi dua atau tiga kata, bagaimana membuat kalimat dan tulisan essay. Dan PR nya lebih kepada membuat kaya makalah dinding, jadi misalnya coba ceritakan pengalaman kamu saat field trip kemarin, dan yang diminta oleh gurunya adalah membuat seperti mau presentasi dengan sedikit tulisan, lebih banyak gambar, design sendiri misalnya menempel potongan gambar2 dari koran untuk mengekspresikan yang kamu maksud, semakin kamu kreatif dalam membuatnya, semakin tinggi nilainya.
Pendidikan di luar negeri lebih kepada memfokuskan murid-murid untuk lebih ke "pengertian" akan pelajaran yang dipelajari, sehingga ujiannya tidak hanya seperti meng-copy paste dengan pertanyaan "apakah ini? apakah itu?" tapi pertanyaan lebih kepada "Bagaiman menurutmu tentang ini atau itu" yang disesuaikan dan dilengkapi dengan theory dibuku.
Aku pernah menonton salah satu vlog di youtube, dia adalah seorang perempuan Indonesia yang bersekolah di Jerman, dia membagi pengalaman sekolah di Jerman yang ketika belajar matematika, mereka tidak saja menghafal rumus, tapi mereka lebih diajarkan kepada ada apa dibalik rumus itu, bagaimana rumus itu bisa tercipta seperti itu, mereka harus tahu bagaimana caranya mencapai turunan rumus seperti itu, ujiannya pun demikian, bukan hanya memberikan kasus dan rumus, melainkan menerangkan bagaimana untuk bisa mendapatkan turunan seperti itu, ini baru matematika loh, gimana pelajaran teori yg lainnya, pasti lebih meracu kepada pengertian daripada menghafal. Menurut aku ini sangat efektif karena seseorang tidak hanya "terdidik" untuk menghafal dan mengcopy, tapi juga "dididik" untuk bisa menciptakan sesuatu yang disertai dengan theory dibalik bacaan yang kita pelajari.
Terlepas dari pro kontra full day schoool, menurut pendapat aku, kalau memang Indonesia mau menerapkan sistem full day school ini, silahkan saja, tentunya banyak hal yang harus dipikiran seperti misalnya menu makanan (karena murid akan makan siang di sekolah), sebaiknya cafetaria hanya langsung menyajikan makanan menurut jadwal menu yang sudah disusun sebelumnya (tidak ada pilihan untuk memesan), sehingga lebih efektif dan efisien dalam ketepatan waktu.
Hal kedua yang harus diperhatikan dan sangat penting adalah sistem isi dari pendidikan itu sendiri, tentunya anak sekolah tidak hanya dibubuhi materi pelajaran sekolah saja seperti pada umumnya hingga sore, tentu anak akan jenuh, alangkah baiknya sistem belajarnya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang nyata atau practical, bukan hanya teori semata dan hafalan saja. Semoga pemerintah Indonesia tidak hanya mengusulkan ide-ide cemerlang untuk "menaikkan" nama seseorang saja, tapi lebih fokus kepada bagaimana hal tersebut bisa terimplementasikan dengan baik dan terencana.