Semua itu tergantung dari pasangan yang kamu miliki, kondisi keluargamu, dan bagaimana anak-anakmu saat itu. Ada istri yang ngotot ingin bekerja, ingin mengejar kesuksesan karirnya, tapi akhirnya anak-anaknya terbengkalai dan haus perhatian, sampai jatuh ke pergaulan yang buruk tanpa ibu atau ayahnya ketahui.
Pernah aku mendengar salah satu kotbah yang diceritakan bahwa ada seorang anak yang Ayah Ibunya memiliki profesi sebagai dokter, hidupnya sangat berkecukupan, tapi pada suatu hari anaknya menulis sebuah surat sebelum anak tersebut mengakhiri hidupnya, dia bercerita bahwa dia kesepian, sangat ingin diperhatikan, dia sangat sedih karena dia sangat butuh kasih sayang dari orang tua yang selalu sibuk bekerja sebagai dokter, dan jarang di rumah, dan diapun merasa orang tuanya tidak sayang dirinya, dan akhirnya dia menyudahkan hidupnya. Miris banget kan?
Jadi kalau menurut kamu istri itu harus bekerja?? Tentu saja baik. Tapi bukan berarti pasti jadi baik kalau kedua orang tua terlalu sibuk, jadi tentu harus ada salah satu dari kedua orang tua yang "kurang sibuk", karena perhatian mental terhadap anak-anak sangat dibutuhkan tanpa kita sadari.
Bekerja itu baik, meringankan kehidupan rumah tangga itu tidaklah buruk, yang menjadikan buruk kalau dengan kamu bekerja menjadikan keluargamu berantakan, anak-anak hanya diurus oleh baby sitter atau sang nenek.
Aku awalnya adalah tipe yang tidak ingin bekerja, tapi aku memiliki suami yang ingin istrinya memiliki kegiatan, dan aku memiliki ibu yang tidak setuju kalau hasil bekerjaku harus digabung untuk kebutuhan rumah tangga berapapun jumlahnya, ibuku selalu berkata "kalau itu tanggung jawab suami, kalau punya suami yang mengharuskan kita bekerja itu adalah hal bodoh, istri harusnya goyang-goyang kaki di rumah ga ngapa-ngapain", pikiran ibuku emang "agak kolot" seperti jaman dulu, tapi ibuku mungkin lupa kalau suatu hari, suami tidak selamanya akan disamping kita, mungkin saja suami kita berubah cintanya atau meninggalkan kita dahulu.
Dengan begitu aku tidak setuju dengan ibuku, terutama ketika aku menikah dengan suami yang lebih setuju kalau aku memiliki kegiatan, walaupun sampai saat ini aku tidak dipaksa bekerja, karena I'm Full time mom.
Aku adalah tipe ibu yang mau mengurus anakku seorang diri, tanpa dibantu oleh pembantu atau orang lain, dan kebetulan aku tinggal di luar negeri yang mengharuskan aku seperti itu, dan untungnya akupun suka mengurus anakku sendiri, menurut aku sebuah kebahagiaan untuk bisa melihat dan merasakan sendiri perkembangan buah hati kita.
Keluargaku menganut sistem rumah tangga itu adalah TEAMWORK, suami dan istri memiliki tanggung jawab dan hak yang sama di dalam rumah tangga, istri memiliki andil yang sama atau mungkin sedikit di bawah suami dalam hal menabung untuk keluarga, di dalam azas berumah tangga kita, uang suami adalah uang keluarga, uang istripun juga uang untuk keluarga, walaupun suami mengijinkan aku menyimpan sebagian untuk diri sendiri. Begitu juga dengan hak mengutarakan pendapat dan pengambilan keputusan dipegang oleh kita berdua.
Dikarenakan budaya dimana aku berasal adalah budaya Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, menjadikan keluarga di Indonesia merasa uang suami adalah uang bersama, uang istri adalah uang istri.
Pernah suatu kali aku mendengar kotbah dari Pdt Gilbert Lumoindong, ada seorang suami bertanya "Pak Pendeta, apakah seharusnya keuangan rumah tangga ditanggung semua oleh suami, dan uang hasil kerja istri hanya untuk istri?" Lalu Pdt Gilbert menjawab, kata siapa? Di dalam ke-Kristenan Family is about Teamwork, uang suami dan istri adalah sama milik keluarga. Mungkin di agama Islam, uang istri dipercaya adalah milik istri, tapi tidak semua agama dan bangsa menganut sistem yang sama seperti di Indonesia.
Kalau kamu menikah dengan orang yang bukan dari Indonesia, pasti mereka akan bingung, kenapa seperti itu? Termasuk juga dengan suamiku, mertuaku pun keduanya bekerja, dan kebutuhan rumah tangga ditanggung bersama oleh suami istri.
Karena kebudayaan kami yang berbeda, akhirnya kami mengambil tengah-tengah dan memutuskan, aku boleh menyimpan sebagian dari pendapatanku ketika bekerja, dan sebagian lainnya ditabung bersama untuk kebutuhan keluarga kita, dan tentunya seluruh pengeluaran rumah tangga ditanggung oleh suami.
Kembali lagi soal bekerja, sebaiknya istri memang bekerja, dengan tujuan kita sebagai wanita siap untuk berdiri di kaki sendiri ketika suami tidak ada disamping kita, TETAPI kalau istri tidak bekerjapun bukan menjadikan kamu sebagai istri yang buruk, mungkin saja ada istri yang memiliki suami yang maunya ia di rumah mengurus keluarga, yah masa mau bertengkar terus menerus hanya karna hal ini, seperti yang aku pernah tulis di blog "Menikah Muda", carilah pasangan yang memiliki visi yang sama denganmu, kalau kamu inginnya bekerja, carilah suami yang suka kamu aktif bekerja, kalau kamu sukanya full time di rumah, carilah suami yang maunya kamu di rumah, di rumahpun istri masih bisa mencari uang dengan bisnis online atau catering misalnya.
Jadi bekerja atau tidak, memang sebaiknya kita sebagai wanita memiliki penghasilan sendiri supaya kita siap ketika keadaan membutuhkan kita untuk berdiri di kaki sendiri, tapi jangan lupakan anak-anak di rumah yang tentunya membutuhkan kasih sayang yang penuh dari ayah dan ibu.
Kalau sang suami "diharuskan" bertanggung jawab atas seluruh pengeluaran rumah tangga, toh yah sang istri harus mengalah dengan tetap boleh bekerja tanpa lupa perhatian terhadap anak-anak tetap nomor satu. Kecuali kalau "keadaan" keluarga kamu yang mengharuskan sang istri bekerja untuk menghidupi seluruh pengeluaran, berarti sang suami harus mengalah menjadi "kurang sibuk" untuk memberikan perhatian kepada anak-anak.
Jadi hiraukan saja kalau ada yang mencela bilang "istri itu tidak harus bekerja" atau "istri harusnya bekerja", Yang paling tahu yah kita sendiri. Sekali lagi, memang sebaiknya wanita bekerja, tapi kalau kondisi saat ini kamu harus mengurus anakmu yang masih kecil, atau kondisinya tidak memungkinkan, yah tidak apa-apa, tapi jangan lupa sebagai wanita, SELALU MILIKILAH SIMPANAN UANG, berjaga-jaga ketika keadaan membutuhkan, darimana uangnya? yah boleh dari uang yang diberikan suami, ditabung dengan baik, atau dari bekerja di rumah.
Baik atau buruknya persepsi tentang istri bekerja atau tidaknya, tidak bisa disama ratakan untuk semua wanita, semua tergantung dari kondisi rumah tangga kita masing-masing, jangan biarkan suara orang lain "menghantui" atau merasa menjadi yang paling tahu lebih dari kita yang menjalani.