Buatku, tahun berganti itu tidak terasa, tau-tau udah mau 2018 aja, yang paling tak terasa adalah melihat anak-anak tumbuh besar, sekarang anakku yang besar kalau membeli baju sudah tidak bisa ke tempat anak-anak, karena pasti sudah kependekan, sekarang belinya sudah ke tempat orang dewasa.
Aku terkadang "tidak bisa menerima" ucapannya, tapi mertuaku pernah share soal ini juga, bahwa anak-anak memiliki sayapnya masing2, mereka akan "terbang" dan memiliki "kehidupan mereka sendiri", pada saat bicara begitupun sebenernya sudah membuat mataku sedikit berkaca2.
Aku dan anak-anakku sangat dekat, hampir setiap moment di hidup mereka aku ga pernah mau ketinggalan, tapi itulah hidup, seperti aku meninggalkan orangtuaku dan hidup di negeri orang.
Ibuku pernah bertanya kepada suamiku, karena saat itu ibuku sambil bercerita soal Pastor di gereja yang bercerita soal kehidupan suami dan istri, awalnya ada sebuah survey antara suami/istri dan anak-anak, aku lupa cerita detailnya.
Dengan hasil survey yang ada, sang Pastor melanjutkan bahwa sang suami harus mencintai istrinya sangat dalam.
Lalu ibuku bertanya kepada suamiku, kalau Pastor bertanya pertanyaan survey tersebut, menurut pendapatmu bagaimana, ibuku menambahkan menurut ibuku bahwa darah daging itu lebih penting daripada suaminya (ayahku), karena ayahku tidak sedarah daging, lalu dengan lugas dan lantang, suamiku menjawab, aku lebih memilih istriku, lalu ibuku menjawab wah jawabanmu sama seperti sang Pastor, ibuku melanjutkan alasannya kenapa (ibuku tidak mengerti), lalu suamiku menjawab istriku yang akan menemaniku di hari tua, dia yang akan merawat dan mendampingiku, anak-anakku akan tumbuh besar dan mendampingi pasangannya, dia secara natural akan "meninggalkanku" dan memiliki kehidupannya sendiri. Selain itu, akulah yang memilih istriku, aku sendiri yang memilihnya masuk ke kehidupanku. Akupun tertegun dan tentunya bahagia di lubuk hatiku, padahal aku sendiri memilih anakku, suamiku tidak "marah", dia bilang nanti saat kamu tua kamu akan tau sendiri apa yang aku maksud, ujarnya.
Bahagia? Buatku bahagia adalah ketika aku dicintai, bukan kekayaan, bukan popularitas, bukan karir yang baik, tapi cukup dicintai oleh keluarga, buatku itu sudah cukup.
Terkadang kita lupa mencintai orang-orang terdekat kita, kita lebih fokus kepada karir, teman-teman, kehidupan sosial, atau bahkan media sosial. Kita seringkali berpendapat bahwa orang di dekat kita "sudah seharusnya" menyayangi kita, dan lupa bahwa kitapun harus mencintai dan memberikan waktu buat mereka.
Suamiku sangat gemar main game, dia bisa menghabiskan waktu luangnya hanya untuk main game, tapi ada beberapa rules yang aku tidak memperbolehkannya main game, yaitu ketika kita sedang makan siang dan makan malam, dan ketika kita sedang berpergian keluar di hari keluarga. Menurutku waktu ini adalah moment dimana kita spend time each other with the kids.
Harapanku yang utama untuk anak-anakku, bukanlah mempunyai nilai yang bagus di sekolah, atau karir yang bagus, tentunya aku ingin mereka memiliki itu semua, tetapi yang paling utama adalah aku simply hanya ingin anak-anakku BAHAGIA di setiap jalan kehidupan mereka, bahagia definisinya bukan mendapatkan apa yang mereka mau, tapi memiliki hati yang damai ketika mereka mungkin tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan dan tetap memilih untuk bahagia.
Buatku bahagia itu adalah keputusan, bukan keadaan. Bahagia adalah ketika kita memilih untuk tidak sedih. Sudahkah kamu bahagia di tahun 2017, atau lebih banyak sedihnya?
Semoga di tahun 2018, kamu memilih untuk tidak sedih, tetaplah memiliki hati yang damai ketika keadaan tidak membuatmu bahagia.
I hope everyone that read this, realize that you can create your own HAPPINESS, Happiness can be created.